Merauke Jadi Lumbung Pangan, Kementan: Lahannya Layak Tanam
Kementerian Pertanian mengeklaim bahwa lahan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, merupakan lahan yang layak ditanami. Tenaga Ahli Pengawasan Manajemen Kementan Budi Kartiwa memastikan lahan cetak sawah Merauke memiliki tingkat kelayakan tanam yang sangat tinggi. Hal ini disampaikan Budi usai melakukan survei lokasi rencana pembuatan demplot sawah percontohan di sektor AOI Wanam yang berjarak tiga kilometer dari posko ke arah jalan. "Hasil survei kami mencatat PH air di sini sangat baik dan air bakunya juga sangat baik sehingga dapat direkomendasikan menjadi demplot sawah percontohan," ujar Budi dalam keterangan tertulis.
Budi mengatakan, survei kali ini juga sesuai dengan temuan para pekerja lapangan, baik mandor maupun tukang yang mengerjakan sarana dan prasarana pertanian.
"Karena itu, hasil koordinasi kami dengan tim, sepakat atau setuju lokasi 20 hektare di sini akan dijadikan demplot sawah percontohan ke depan untuk satu juta hektar,” kata Budi. Berdasarkan hasil survei, lahan-lahan sawah di Merauke kemungkinan besar mampu ditanami tiga kali dalam setahun. Namun, hal itu menyesuaikan dengan kondisi air di lokasi. "Kami menyarankan agar lokasi ini ditanami padi tiga kali tanam, tiga kali panen dalam satu tahun. Disarankan juga agar membuat sodetan sungai dari sungai digoel ke wanam demi masa depan pertanian di Merauke yang berkelanjutan,” ujar Budi.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengatakan, pemerintah akan menjadikan kawasan Merauke sebagai lumbung pangan. Hal itu disampaikan Sudaryono saat berdiskusi dengan dengan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Agus Pramono di Kantor Kementan RI, Jakarta,. "Pemerintah sangat optimistis menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dan energi di kawasan Merauke dan sekitarnya, dengan potensi produksi seperti padi, jagung, dan tebu untuk gula pasir dan bioetanol, bahkan laboratorium untuk kultur jaringan, pembibitan tebu, perkebunan tebu, hingga persemaian tanaman konservasi juga sudah tersedia,” kata Sudaryono.
Sumber : Kompas.com